Peluang Besar di Pengadaan Sektor Kesehatan

Pendahuluan 

Sektor kesehatan merupakan salah satu tulang punggung pembangunan sebuah bangsa. Tanpa sistem kesehatan yang kuat, pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial akan sulit dicapai. Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 275 juta jiwa, memiliki tantangan besar sekaligus peluang luas dalam membangun ekosistem kesehatan yang modern, inklusif, dan berkelanjutan.

Pandemi COVID-19 menjadi titik balik kesadaran kolektif bangsa akan pentingnya kesehatan. Saat itu, keterbatasan alat medis, obat-obatan, hingga infrastruktur rumah sakit menjadi sorotan publik. Namun di sisi lain, pandemi juga membuka jalan bagi inovasi dan percepatan transformasi sektor kesehatan, termasuk dalam hal pengadaan.

Pengadaan kesehatan kini tidak hanya sebatas aktivitas bisnis biasa, tetapi juga berperan sebagai jembatan vital untuk memastikan layanan medis dapat diakses oleh masyarakat luas. Baik berupa pengadaan alat kesehatan canggih, distribusi obat-obatan, digitalisasi sistem medis, hingga pembangunan infrastruktur rumah sakit, semuanya memberikan kontribusi nyata pada peningkatan kualitas hidup bangsa.

Dengan dukungan regulasi pemerintah, perkembangan teknologi, serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya layanan medis berkualitas, sektor pengadaan kesehatan menghadirkan peluang besar bagi pelaku usaha untuk berkembang. Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai aspek peluang di sektor ini, tantangan yang menyertainya, serta strategi agar bisa bersaing secara efektif.

1. Pertumbuhan Pasar Kesehatan di Indonesia 

Sektor kesehatan di Indonesia tengah berada pada momentum pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor demografis, transformasi sistem kesehatan nasional, peningkatan alokasi anggaran, serta kebutuhan layanan yang semakin kompleks.

1. Demografi dan Populasi

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, lebih dari 275 juta jiwa (BPS 2023). Populasi ini tersebar di 38 provinsi dengan tingkat kepadatan yang beragam. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan menjadi pusat layanan kesehatan modern, sedangkan wilayah timur seperti Papua, Maluku, dan NTT masih menghadapi keterbatasan akses.

  • Efek pertumbuhan populasi: Semakin banyak jumlah penduduk, semakin tinggi kebutuhan layanan kesehatan, baik di tingkat primer (puskesmas, klinik) maupun rujukan (rumah sakit).
  • Efek penuaan populasi: Indonesia diproyeksikan memasuki era aging population pada 2030, di mana jumlah penduduk lansia akan meningkat drastis. Kondisi ini mendorong meningkatnya permintaan layanan kesehatan jangka panjang dan manajemen penyakit degeneratif.
2. Angka Harapan Hidup dan Perubahan Epidemiologi

Angka harapan hidup meningkat dari 67 tahun (1990) menjadi lebih dari 73 tahun (2023). Meningkatnya harapan hidup juga berarti peningkatan beban penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, jantung, kanker, dan gangguan pernapasan.

  • Transisi epidemiologi: Jika dulu penyakit menular seperti TBC, malaria, dan diare mendominasi, kini penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab kematian terbesar. Menurut WHO, 73% kematian di Indonesia disebabkan oleh PTM. Ini membuka peluang besar untuk pengadaan obat kronis, alat diagnostik modern, serta layanan kesehatan preventif.
3. Anggaran Kesehatan Nasional

Undang-Undang mengamanatkan bahwa minimal 5% dari APBN dialokasikan untuk kesehatan. Pada 2024, anggaran kesehatan mencapai lebih dari Rp 178 triliun. Dana ini digunakan untuk:

  • Pembiayaan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
  • Peningkatan layanan primer (puskesmas).
  • Pembangunan fasilitas rujukan (RSUD dan rumah sakit vertikal).
  • Pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan strategis.

Artinya, ada ruang besar bagi pelaku usaha yang bergerak di bidang pengadaan untuk terlibat dalam belanja negara.

4. Kesadaran Masyarakat akan Kesehatan

Masyarakat kelas menengah di Indonesia kini semakin peduli pada kesehatan. Tren wellness lifestyle (gaya hidup sehat) mendorong peningkatan permintaan:

  • Medical check-up rutin.
  • Suplemen dan vitamin.
  • Layanan konsultasi online (telemedicine).
  • Alat kesehatan rumah tangga (tensimeter digital, glucometer).
5. Studi Kasus: Lonjakan Permintaan Saat Pandemi

Pandemi COVID-19 membuktikan betapa vitalnya sektor ini. Lonjakan kebutuhan masker, APD, ventilator, hingga oksigen medis membuat pasar pengadaan melonjak drastis. Perusahaan yang mampu bergerak cepat berhasil memperoleh kontrak besar. Setelah pandemi, pola belanja kesehatan tidak kembali ke titik awal, melainkan naik ke level baru.

2. Kebutuhan Pengadaan Alat Kesehatan yang Terus Meningkat 

Alat kesehatan merupakan infrastruktur vital yang menopang layanan medis. Tanpa peralatan yang memadai, rumah sakit dan puskesmas tidak dapat memberikan layanan optimal. Di Indonesia, permintaan terhadap alat kesehatan meningkat pesat karena modernisasi layanan, peningkatan standar medis, serta ekspektasi pasien yang semakin tinggi.

1. Jenis Alat Kesehatan yang Banyak Dibutuhkan
  • Alat Diagnostik: CT-Scan, MRI, USG 4D, EKG digital. Semakin banyak rumah sakit berlomba menambahkan fasilitas diagnostik modern sebagai daya tarik.
  • Peralatan Bedah: Sistem bedah minimal invasif, laparoskopi, dan bahkan robot bedah. Walau masih mahal, tren ini mulai masuk rumah sakit swasta besar.
  • Peralatan ICU dan Monitoring: Ventilator, patient monitor, defibrillator, oxygen concentrator. Pandemi membuat kesadaran akan pentingnya ICU meningkat.
  • Alat Rehabilitasi Medis: Kursi roda listrik, prostetik, dan peralatan fisioterapi. Semakin banyak rumah sakit yang membuka layanan rehabilitasi modern.
  • Alat Kesehatan Rumah Tangga: Smart watch kesehatan, glucometer, tensimeter digital, oximeter. Produk ini tumbuh pesat karena kesadaran masyarakat untuk memantau kesehatan mandiri.
2. Ketergantungan Impor

Sekitar 70-80% alat kesehatan di Indonesia masih diimpor, terutama alat canggih. Hal ini menciptakan peluang besar bagi industri lokal untuk berkembang melalui kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).

Contoh:

  • Alat kesehatan sederhana seperti masker dan jarum suntik mulai bisa diproduksi UMKM dalam negeri.
  • PT Stechoq Robotics dari Yogyakarta berhasil membuat prototipe ventilator lokal pada masa pandemi.
3. Regulasi yang Mendukung

Pemerintah mendorong produksi lokal dengan mewajibkan syarat TKDN minimal 40% dalam tender pemerintah. Produk lokal dengan sertifikasi lengkap akan lebih diutamakan dibanding produk impor.

4. Studi Kasus Nyata
  • Pandemi COVID-19: Permintaan ventilator melonjak 10 kali lipat. Perusahaan yang sebelumnya tidak bergerak di bidang medis beralih memproduksi face shield dan APD, dan berhasil masuk ke pasar kesehatan.
  • Rumah sakit swasta premium: Siloam Hospitals Group dan Mayapada Healthcare rutin memperbarui fasilitas dengan alat medis modern untuk bersaing di segmen menengah-atas.

3. Pengadaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai 

Selain alat kesehatan, obat-obatan dan bahan habis pakai adalah kebutuhan harian yang tak bisa ditunda. Tanpa keduanya, layanan kesehatan tidak akan berjalan.

1. Permintaan Obat yang Stabil dan Tumbuh
  • Obat Generik: Menjadi tulang punggung JKN karena harganya terjangkau. Hampir semua rumah sakit pemerintah mengutamakan obat generik.
  • Obat Paten: Tetap dibutuhkan untuk penyakit kronis atau kasus khusus, terutama di rumah sakit swasta.
  • Obat Herbal Modern: Tren back to nature mendorong pengembangan fitofarmaka yang diakui secara ilmiah.

Menurut BPOM, konsumsi obat di Indonesia tumbuh rata-rata 10% per tahun. Hal ini menjadikan sektor farmasi sebagai salah satu industri strategis.

2. Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

BMHP adalah produk dengan siklus pembelian cepat karena habis dipakai setiap hari. Contoh:

  • Sarung tangan medis, masker, jarum suntik.
  • Infus set, spuit, kateter.
  • Rapid test kit, reagen laboratorium.
  • APD untuk tenaga medis.

Permintaan produk ini sangat besar dan stabil. Bahkan, beberapa rumah sakit mengadakan tender rutin setiap bulan untuk BMHP.

3. Distribusi dan Logistik

Keberhasilan dalam bisnis pengadaan obat dan BMHP sangat ditentukan oleh distribusi. Rumah sakit membutuhkan pasokan yang konsisten dan tepat waktu. Perusahaan dengan gudang dan jaringan distribusi luas akan unggul.

Studi Kasus:

Pada masa krisis oksigen 2021, perusahaan yang mampu mengatur distribusi cepat tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial, tetapi juga membantu menyelamatkan ribuan nyawa.

4. e-Katalog LKPP sebagai Pintu Masuk

Sistem e-Katalog yang dikelola LKPP menjadi jalur resmi pengadaan pemerintah. Perusahaan farmasi dan distributor yang sudah terdaftar di e-Katalog memiliki peluang besar untuk memenangkan tender karena prosesnya lebih transparan.

5. Tren Masa Depan
  • Personalized medicine: Obat yang disesuaikan dengan profil genetik pasien mulai berkembang di dunia, dan suatu saat akan masuk ke Indonesia.
  • Farmasi berbasis digital: Sistem pelacakan obat berbasis blockchain untuk menghindari pemalsuan obat.
  • Produksi lokal vaksin: PT Bio Farma kini menjadi salah satu produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara.

4. Peran Teknologi Digital dalam Transformasi Pengadaan Kesehatan 

Perkembangan teknologi digital telah membawa revolusi besar dalam berbagai sektor, termasuk kesehatan. Transformasi ini tidak hanya terlihat pada layanan medis seperti telemedicine, tetapi juga dalam sistem pengadaan barang dan jasa kesehatan. Digitalisasi membuka peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, serta memperluas jangkauan distribusi.

1. Digitalisasi Proses Pengadaan

Salah satu contoh nyata adalah implementasi e-Katalog LKPP, yang menjadi platform resmi bagi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Di bidang kesehatan, hampir semua produk alat kesehatan, obat, dan bahan medis habis pakai kini tercantum di e-Katalog. Keuntungan utama:

  • Proses lebih cepat, tanpa birokrasi berbelit.
  • Transparansi harga, mengurangi risiko korupsi.
  • Peluang terbuka bagi UMKM penyedia produk kesehatan lokal.

Bagi pelaku usaha, mendaftarkan produk ke e-Katalog merupakan langkah strategis untuk mengakses pasar besar, terutama tender pemerintah.

2. Peran Big Data dan AI

Big data membantu pemerintah dan rumah sakit dalam menganalisis kebutuhan pengadaan. Misalnya, data JKN bisa menunjukkan jenis obat yang paling banyak dikonsumsi, sehingga dapat diproyeksikan kebutuhan obat nasional dalam setahun.

  • AI (Artificial Intelligence): digunakan untuk memprediksi kebutuhan stok, mencegah kekurangan (shortage) dan kelebihan (overstock).
  • Machine Learning: dapat membantu mendeteksi pola fraud dalam pengadaan atau distribusi.
3. Internet of Medical Things (IoMT)

IoMT adalah jaringan perangkat medis yang terhubung internet. Contoh: ventilator, alat monitor pasien, hingga perangkat wearable yang bisa mengirim data real time ke dokter. Dari sisi pengadaan, ini menciptakan kebutuhan baru: perangkat IoMT, infrastruktur IT rumah sakit, hingga sistem keamanan data.

4. Telemedicine dan Distribusi Obat Digital

Layanan telemedicine yang tumbuh pesat di Indonesia (Halodoc, Alodokter, SehatQ) memerlukan rantai pasok obat yang cepat dan efisien. Artinya, ada peluang besar untuk perusahaan farmasi dan distributor yang bisa mengintegrasikan sistem logistik dengan aplikasi kesehatan digital.

  • Farmasi online kini membutuhkan gudang pintar, cold chain untuk vaksin, serta kurir khusus untuk distribusi obat resep.
  • Pemerintah sudah mengizinkan penjualan obat tertentu secara online dengan regulasi ketat, membuka ruang bagi pelaku bisnis logistik medis.
5. Blockchain untuk Transparansi

Blockchain mulai dilirik dalam sistem kesehatan untuk memastikan keaslian obat dan alat kesehatan. Dengan blockchain, setiap transaksi pengadaan dapat dicatat permanen dan tidak bisa dimanipulasi. Hal ini penting karena Indonesia menghadapi masalah obat palsu yang masih cukup tinggi.

Contoh:

Beberapa startup farmasi global menggunakan blockchain untuk melacak perjalanan obat dari pabrik ke pasien. Jika teknologi ini diadopsi di Indonesia, maka peluang besar terbuka bagi penyedia sistem IT kesehatan.

6. Studi Kasus
  • India: Menggunakan platform digital e-Sanjeevani untuk telemedicine dan e-Aushadhi untuk manajemen distribusi obat. Hasilnya, efisiensi distribusi meningkat lebih dari 20%.
  • Indonesia: Halodoc berhasil menggandeng lebih dari 20 ribu apotek untuk distribusi obat, memanfaatkan sistem digital untuk mempercepat layanan.
7. Tantangan Implementasi
  • Keterbatasan infrastruktur digital di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal).
  • Perlindungan data pasien yang masih lemah.
  • Resistensi sebagian tenaga kesehatan terhadap perubahan digital.

5. Kebijakan Pemerintah dan Dukungan Regulasi 

Kebijakan pemerintah memiliki peran vital dalam membentuk arah perkembangan sektor kesehatan. Regulasi yang tepat dapat menciptakan peluang besar bagi pelaku usaha di bidang pengadaan, sementara regulasi yang lemah bisa menimbulkan hambatan.

1. Alokasi Anggaran Kesehatan

Pemerintah Indonesia menetapkan alokasi minimal 5% dari APBN untuk kesehatan, setara dengan ratusan triliun rupiah setiap tahunnya. Dana ini dialokasikan untuk:

  • Pembiayaan BPJS Kesehatan/JKN.
  • Pembangunan fasilitas kesehatan.
  • Pengadaan obat, alat kesehatan, dan BMHP.
  • Program kesehatan masyarakat (imunisasi, gizi, sanitasi).

Bagi penyedia jasa pengadaan, ini berarti pasar terjamin dan terus tumbuh, karena kesehatan adalah sektor prioritas negara.

2. Program Transformasi Sistem Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI meluncurkan Transformasi Sistem Kesehatan 2021-2024 dengan enam pilar utama:

  1. Transformasi layanan primer.
  2. Transformasi layanan rujukan.
  3. Transformasi sistem ketahanan kesehatan.
  4. Transformasi SDM kesehatan.
  5. Transformasi teknologi kesehatan.
  6. Transformasi pembiayaan kesehatan.

Setiap pilar membutuhkan dukungan pengadaan. Misalnya, layanan primer butuh peralatan laboratorium dasar di puskesmas, sedangkan ketahanan kesehatan butuh sistem logistik untuk cadangan obat nasional.

3. Dukungan untuk Industri Alat Kesehatan Lokal

Pemerintah mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40% untuk alat kesehatan yang digunakan dalam pengadaan pemerintah. Produk lokal dengan TKDN tinggi lebih diutamakan dalam tender.

Contoh:

  • Ventilator darurat buatan lokal (Vent-I dari ITB) diproduksi massal pada masa pandemi dengan dukungan pemerintah.
  • PT Phapros dan Kimia Farma mendapat dukungan penuh dalam produksi obat dan vaksin.
4. Regulasi Obat dan Alat Kesehatan
  • BPOM: mengatur perizinan obat, vaksin, dan alat kesehatan untuk menjamin keamanan.
  • LKPP: mengatur tata cara pengadaan melalui e-Katalog.
  • Kemenkes: menyusun standar fasilitas kesehatan, termasuk jenis peralatan wajib.

Dengan regulasi yang semakin ketat, peluang muncul bagi pelaku usaha yang mampu memenuhi standar sertifikasi.

5. Dukungan pada Startup Kesehatan

Pemerintah mulai melirik startup digital di bidang kesehatan. Misalnya, kerja sama dengan platform telemedicine untuk mendukung layanan konsultasi online saat pandemi. Dukungan regulasi ini mendorong ekosistem baru yang melibatkan pengadaan obat dan logistik digital.

6. Tantangan Regulasi
  • Masih adanya tumpang tindih aturan antar lembaga.
  • Proses perizinan produk baru yang memakan waktu lama.
  • Pengawasan produk impor ilegal yang belum maksimal.

Namun, tantangan ini sekaligus membuka peluang bagi konsultan regulasi dan penyedia layanan kepatuhan (compliance service) di sektor kesehatan.

7. Studi Kasus Regulasi yang Mendorong Pertumbuhan
  • India: Menerapkan kebijakan Make in India untuk mendorong produksi alat kesehatan lokal, sehingga kini menjadi hub farmasi dunia.
  • Indonesia: Kebijakan wajib TKDN membuat perusahaan dalam negeri berinvestasi lebih serius pada riset alat kesehatan.

6. Strategi Bisnis untuk Menangkap Peluang Pengadaan Kesehatan

Sektor pengadaan kesehatan memang penuh peluang, tetapi juga diwarnai persaingan ketat. Banyak perusahaan, baik besar maupun kecil, ingin mengambil bagian. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi bisnis yang matang agar mampu memaksimalkan peluang sekaligus menghadapi tantangan.

1. Memahami Peta Permintaan Pasar

Strategi pertama adalah melakukan analisis pasar. Perusahaan harus tahu apa yang sedang menjadi prioritas pemerintah dan fasilitas kesehatan.

  • Saat pandemi, ventilator, APD, dan vaksin jadi fokus utama.
  • Saat ini, fokus bergeser ke digitalisasi rumah sakit, peralatan laboratorium diagnostik, dan alat kesehatan portable.Dengan analisis pasar yang akurat, perusahaan dapat mengantisipasi tren dan menyiapkan produk atau layanan sesuai kebutuhan.
2. Memanfaatkan e-Katalog dan Tender Online

Platform e-Katalog LKPP telah menjadi jalur utama pengadaan pemerintah. Oleh karena itu, produk yang belum terdaftar akan sulit masuk ke pasar besar.

  • Perusahaan harus memprioritaskan proses sertifikasi produk agar bisa masuk ke e-Katalog.
  • Setelah terdaftar, strategi pricing yang kompetitif dan promosi katalog menjadi kunci untuk memenangkan pembelian.

Tender elektronik juga mengharuskan perusahaan siap dengan dokumen administrasi, sertifikasi TKDN, serta rekam jejak (track record) yang baik.

3. Diferensiasi Produk dan Layanan

Di tengah banyaknya pemain, diferensiasi adalah strategi bertahan. Beberapa cara diferensiasi:

  • Kualitas dan inovasi: misalnya, alat kesehatan dengan fitur tambahan berbasis IoT.
  • Layanan after-sales: perawatan rutin, penyediaan suku cadang, hingga training penggunaan.
  • Skema pembiayaan: menyediakan opsi cicilan atau leasing untuk rumah sakit kecil yang membutuhkan alat kesehatan mahal.
4. Membangun Aliansi dan Kemitraan

Tidak semua perusahaan bisa menguasai rantai pasok sendiri. Karena itu, membangun kemitraan strategis bisa memperluas peluang.

  • Distributor lokal bekerja sama dengan produsen global.
  • Startup digital bermitra dengan apotek untuk distribusi obat online.
  • Konsultan regulasi menggandeng produsen untuk mempercepat sertifikasi BPOM atau TKDN.

Contoh:

Selama pandemi, perusahaan farmasi besar menggandeng startup logistik untuk mempercepat distribusi oksigen medis.

5. Optimalisasi Teknologi Digital dalam Pemasaran

Selain digitalisasi pengadaan, pemasaran juga harus berbasis digital. Perusahaan dapat:

  • Menggunakan LinkedIn untuk membangun reputasi profesional.
  • Membuat website resmi yang menampilkan katalog produk dan sertifikasi.
  • Membagikan studi kasus dan testimoni klien sebagai bukti kualitas.

Digital branding membuat perusahaan lebih mudah dipercaya oleh calon klien, baik swasta maupun pemerintah.

6. Investasi pada SDM dan Kepatuhan Regulasi

Industri kesehatan adalah salah satu sektor dengan regulasi ketat. Oleh karena itu, strategi bisnis yang berkelanjutan harus fokus pada:

  • SDM berkualitas di bidang teknik medis, farmasi, dan manajemen pengadaan.
  • Kepatuhan regulasi: memastikan produk selalu sesuai standar BPOM, ISO, TKDN, dan standar internasional lain.

Kesalahan kecil dalam kepatuhan bisa mengakibatkan diskualifikasi dalam tender.

7. Studi Kasus Keberhasilan
  • Halodoc: sukses menjadi mitra pemerintah dalam distribusi vaksinasi digital dengan mengintegrasikan platform digital dan mitra apotek.
  • Kimia Farma: memperluas pasar dengan apotek digital dan layanan home service, menangkap peluang distribusi farmasi berbasis teknologi.

7. Prospek Jangka Panjang dan Tantangan yang Perlu Diantisipasi 

Sektor kesehatan dikenal sebagai sektor yang recession-proof – tetap bertahan bahkan saat ekonomi lesu. Namun, di balik peluang besar, ada pula tantangan yang harus diantisipasi. Dengan memahami prospek jangka panjang serta risiko yang mungkin muncul, pelaku usaha bisa menyusun strategi yang lebih adaptif.

1. Prospek Jangka Panjang

Beberapa faktor yang membuat prospek pengadaan kesehatan cerah:

  • Peningkatan populasi: Indonesia diperkirakan akan mencapai 300 juta penduduk pada 2045, dengan kebutuhan layanan kesehatan yang terus meningkat.
  • Aging population: jumlah lansia semakin besar, menciptakan kebutuhan akan layanan geriatri, obat kronis, dan alat bantu kesehatan.
  • Komitmen pemerintah: belanja kesehatan dijamin dalam APBN setiap tahun, menjadikan pasar ini relatif stabil.
  • Digital health boom: adopsi telemedicine, IoMT, dan sistem rekam medis elektronik terus meningkat.

Artinya, kebutuhan pengadaan obat, alat kesehatan, dan teknologi medis akan tumbuh eksponensial.

2. Tantangan yang Perlu Diwaspadai

Namun, ada sejumlah tantangan yang bisa menghambat peluang:

  • Ketergantungan impor: lebih dari 90% bahan baku farmasi masih impor, membuat harga sensitif terhadap fluktuasi nilai tukar.
  • Persaingan global: produk China, India, dan negara lain masuk dengan harga lebih murah.
  • Regulasi ketat: meski penting untuk keamanan, proses sertifikasi bisa memakan waktu lama dan mahal.
  • Distribusi di daerah 3T: infrastruktur logistik masih terbatas, menyulitkan penyediaan alat kesehatan merata.
  • Isu etika: seperti obat palsu, korupsi dalam tender, atau penyalahgunaan data pasien.
3. Strategi Menghadapi Tantangan

Untuk tetap kompetitif, perusahaan perlu menyiapkan langkah antisipatif:

  • Diversifikasi pemasok bahan baku untuk mengurangi risiko impor.
  • Inovasi produk lokal dengan TKDN tinggi agar lebih unggul dalam tender pemerintah.
  • Kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memperkuat distribusi di daerah terpencil.
  • Investasi pada compliance dan etika bisnis agar tidak tergelincir dalam kasus hukum.
4. Studi Kasus Negara Lain
  • India: berhasil menjadi “apotek dunia” karena kebijakan pemerintah yang fokus pada riset obat generik dan kemandirian bahan baku.
  • Vietnam: dalam 10 tahun terakhir meningkatkan produksi alat kesehatan domestik dengan dukungan investasi asing dan kemudahan regulasi.Indonesia bisa meniru model ini untuk memperkuat daya saing pengadaan kesehatan dalam negeri.
5. Peluang Investasi Jangka Panjang

Selain tantangan, justru ada peluang baru yang muncul:

  • Healthtech dan startup kesehatan akan terus tumbuh karena digitalisasi sistem kesehatan.
  • Green healthcare: tren global menuju pengadaan ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan medis yang biodegradable.
  • Smart hospital: pengadaan berbasis AI, IoMT, dan big data akan menjadi standar rumah sakit modern.

Kesimpulan

Sektor kesehatan di Indonesia menghadirkan peluang besar di bidang pengadaan. Pertumbuhan pasar yang pesat, kebutuhan alat medis, obat-obatan, digitalisasi, hingga pembangunan infrastruktur, semuanya membuka ruang bisnis yang luas.

Didukung regulasi pemerintah, anggaran besar, dan kesadaran masyarakat, sektor ini menjadi salah satu yang paling menjanjikan. Namun, tantangan tetap ada, mulai dari regulasi ketat hingga persaingan ketat. Pelaku usaha yang mampu beradaptasi, berinovasi, dan menjaga kualitas akan menjadi pemenang.

Dengan masuk ke sektor pengadaan kesehatan, perusahaan bukan hanya mencari keuntungan, tetapi juga berkontribusi pada misi mulia: meningkatkan kualitas hidup dan layanan kesehatan bangsa.

Silahkan Bagikan Artikel Ini Jika Bermanfaat
Avatar photo
Humas Vendor Indonesia

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *