IDENTIFIKASI RESIKO DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI (PEMBANGUNAN JEMBATAN BENTANG PANJANG)

MAKALAH STUDI KASUS

 

IDENTIFIKASI RESIKO DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI

(PEMBANGUNAN JEMBATAN BENTANG PANJANG)

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. LATAR BELAKANG

Pembangunan Jembatan Bentang Panjang banyak mengalami perubahan dan kemajuan, ditandai dengan dibangunnya tipe jembatan bentang panjang yang menghubungkan suatu pulau dengan pulau lain. Dalam pelaksanaannya, pembangunan jembatan bentang panjang memiliki banyak resiko-resiko yang dapat mempengaruhi siklus proyek baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhinya, sehingga akan mengakibatkan proyek jadi terhambat dalam penyelesaiannya. Terdapat cukup banyak jenis resiko yang terjadi mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, bahkan sampai dengan pemeliharaan, maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan resiko, sehingga resiko-resiko yang akan terjadi bisa diminimalisir. Resiko pada umumnya dapat mempengaruhi biaya, waktu, tenaga dan mutu dalam proyek konstruksi, sehingga perlu dikaji lebih mendalam.

  1. TUJUAN DAN MAKSUD
  2. Tujuan
  • Untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang terjadi pada proyek jasa konstruksi pembangunan jembatan, khususnya untuk jembatan dengan bentang panjang. Hal ini perlu dilakukan agar resiko yang terjadi dapat dikendalikan dengan baik dalam mengelola resiko.
    • Identifikasi diperlukan agar dalam pelaksanaannya, pihak – pihak yang terkait dapat mengelola resiko tersebut sekaligus meminimalisir dampak yang terjadi dengan upaya
  1. Maksud
    • Akan berpengaruh terhadap pemilihan tipe Project Delivery System (PDS) yang akan digunakan Dalam pembangunan jembatan bentang panjang. Dimana PDS sendiri merupakan sistem pelaksanaan dari seluruh tahapan yang terkait dengan pihak- pihak yang terlibat dalam setiap tahapan tersebut. Tipe PDS yang tepat akan mempengaruhi biaya, mutu, dan waktu Pemilihan tipe PDS untuk pembangunan jembatan bentang perlu dilakukan kajian lebih dalam Kontrak digunakan sebagai sarana untuk mengatur resiko-resiko  yang  ada, namun apabila kontrak disusun menggunakan  tata cara  yang  benar maka akan menjadi sumber resiko mempengaruhi kinerja tipe kontrak yang ditawarkan, yaitu, turn key tendering, build operate transfer tendering (BOT), design build tendering, private public participation tendering (PPP), partly detailed design tendering, fully detailed tendering.

BAB II

PEMBAHASAN

 

Adapun beberapa permasalahan dalam pembangunan konstruksi jembatan terutama jembatan bentang panjang yang cukup sering terjadi pada setiap siklus mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, operasi.

Dalam Tahap Perencanaan terdapat beberapa permasalahan :

  1. Pelaksanaan FS apabila kurang baik, akan berpengaruh terhadap informasi yang diperoleh dalam untuk desaian jembatan yang akan dipilih.
  2. Pengambilan nilai-nilai dan asumsi untuk melakukan desain jembatan, dimana setiap nilai yang dimasukan kedalam perhitungan desain sebagai faktor yang dapat mempengaruhi desain jembatan tersebut. Nilai-nilai yang biasanya dijadikan dasar dalam desain jembatan bentang panjang sepeti kondisi tanah, kecepatan angin, kegempaan, tipikal lalulintas kendaraan yang melintas, dan lain-lain. Seringkali nilai-nilai tersebut tidak didapatkan secara langsung.
  3. Asumsi nilai proyek yang sangat Hal ini dipengaruhi oleh akibat dari kekurangan informasi dilapangan (asumsi waktu pelaksanaan, harga/biaya setiap item pekerjaan).
  4. Kurangnya sumber daya manusia yang baik dalam hal melakukan desain konstruksi jembatan bentang
  5. Aplikasi teknologi  jembatan  bentang  panjang yang  tidak  didukung  dengan  penelitian  yang disesuaikan dengan k

Dalam Tahap Persiapan terdapat beberapa permasalahan :

  1. Metode pelaksanaan proyek konstruksi jembatan bentang panjang yang tidak disampaikan secara detail kepada peserta lelang, sehingga menyebabkan kesalahan dalam melakukan penawaran
  2. Informasi mengenai penggunaan teknologi jembatan yang tidak didefinisikan secara

Dalam Tahap Pelaksanaan terdapat beberapa permasalahan :

  1. Terjadinya keterlambatan pengiriman  material ke site akibat lokasi proyek yang jauh.
  2. Selimut beton yang terlalu tipis, terutama pada bagian bawah gelagar jembatan (cor ditempat) akibat kesalahan pada saat pemasangan
  3. Terjadinya segregasi pada beton akibat kesalahan prosedur pada saat pengecoran
  4. Proses penarikan tendon/kabel dilapangan yang kurang baik.
  5. Proses curing beton tidak dilakukan dengan baik, sehingga menyebabkan terjadinya retak susut pada yang dapat mempercepat proses terjadinya korosi pada tulangan beton.
  6. Kerusakan pada lingkungan sekitar pembangunan proyek jembatan.
  7. Kerusakan pada lingkungan sekitar pembangunan proyek jembatan.

Dalam Tahap Operasi dan Pemeliharaan terdapat beberapa permasalahan:

  1. Akses pemeriksaan yang sulit/tidak tersedia sehingga menyulitkan pemeriksa untuk melalukan observasi kerusakan.
  2. Tidak dilakukannya perbaikan pada kerusakan-kerusakan minor, yang dapat memicu terjadinya kerusakan yang   lebih   besar,   seperti   retak pada  beton,  dan  karat  pada  tulangan

 

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. KESIMPULAN
  2. Agar tidak terjadi keterlambatan, kegagalan mutu, dan pembengkakan biaya pada saat pelaksanaan proyek Konstruksi berlangsung maka, pengelolaan resiko harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.
  3. Terkait pada pemilihan Project Delivery System yang akan digunakan dalam proyek konstruksi. Pemerintah akan mengalokasikan resiko-resiko yang ada kepada pihak ketiga dalam hal ini konsultan perencana dan kontraktor pelaksana.
  4. Pemerintah akan berperan sebagai pengawas dan penasihat selama proyek
  5. Resiko-resiko yang  ada  dalam  proyek  konstruksi berbeda-beda karena kondisi geografis disekitar lokasi proyek tersebut.
  6. Perlu dihindari ego sektor atau pihak-pihak terkait masih berjalan secara individu, sehingga informasi belum terdistribusi dengan baik.
  7. Perlu ditingkatkan Sumber Daya Manusia dalam hal perencanaan, pengawasan pekerjaan di lapangan, dan monitoring untuk konstruksi jembatan bentang panjang di lapangan masih terbatas.
  8. SARAN

Perlu mengkaji tipe Konstruksi lain yang mungkin lebih sesuai diterapkan pada proyek Konstruksi Jembatan Bentang panjang yaitu dengan Public-Private Partnerships (PPP) apabila pemerintah berencana untuk menawarkan proyek. Perlu dilakukan Feasibility Study yang lebih mendalam, salah satunya dengan cara mengadakan workshop antara pihak-pihak yang terkait.

Oleh                     : KLAUDIUS KAPU, SE

Silahkan Bagikan Artikel Ini Jika Bermanfaat
Avatar photo
Humas Vendor Indonesia

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 + 7 =